Sekolah Islam Albayyinah – KEPADA SIAPA KITA HARUS BERADAB ?

KEPADA SIAPA KITA HARUS BERADAB ?

Jul 26, 2011 admin ILMIAH Comments Off on KEPADA SIAPA KITA HARUS BERADAB ?

KEPADA SIAPA KITA HARUS BERADAB?

Ananda, setelah ananda mengetahui pentingnya adab, makna dan hukuman orang yang kurang adab. Lantas tahukah ananda kepada siapa kita harus beradab?

Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah menjelaskan adab itu secara garis besar terbagi tiga :

Pertama : adab kepada Allah Ta’ala.

Kedua : adab kepada Rasul-Nya shollallahu ‘alaihi wa sallama dan syara’nya.

Ketiga : adab kepada sesama makhluk (manusia).

Kita mulai dari yang paling penting dan paling agung yaitu,

I. ADAB KEPADA ALLAH TA’ALA

Adab yang paling agung dan paling penting adalah adab kepada Allah Ta’ala. Bahkan adab ini mencakup seluruh adab-adab islamiyah. Ia merupakan landasan bagi adab-adab yang lainnya, jika adab ini benar maka adab-adab yang lainnya niscara ikut benar pula. Adab kepada Allah Ta’ala ini pada hakekatnya adalah ajaran agama ini keseluruhannya. Oleh karena itu kita awali pelajaran adab ini dengan mengkaji adab kepada Allah Ta’ala.

Adab yang Pertama : Memurnikan ibadah hanya untuk Allah Ta’ala semata (tauhid).

– {وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ .مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ. إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِين}

Artinya, “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.Sesungguhnya Dialah Allah yang Maha Pemberi rizki lagi Maha Kuat dan Kokoh”. (Adz-Dzaariyat : 56-58)

– {وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ}

Artinya, “dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka ibadatilah olehmu sekalian akan aku”. (Al-Anbiya’ : 25)

– {وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً}

Artinya, “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. (Al-Isro’ : 23)

– {وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً}

Artinya, “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun”.(An-Nisa’ : 36)

– عن معاذ بن جبل رضي الله عنه قال: كنت رديف النبي صلى الله عليه وسلم على حمار، فقال لي: “يا معاذ، أتدري ما حق الله على العباد، وما حق العباد على الله؟”، قلت: الله ورسوله أعلم، قال: “حق الله على العباد: أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئاً، وحق العباد على الله: أن لا يعذب من لا يشرك به شيئاً”، قلت: أفلا أبشّر الناس؟، قال: “لا تبشرهم فَيَتَّكِلُوا” أخرجاه في الصحيحين.

Dari Mu’adz bin Jabar semoga Allah meridhoinya ia berkata, “Aku pernah berboncengan dengan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama di atas keledai. Maka beliau berkata kepadaku, ‘Hai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak hamba atas Allah?’. Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui’. Beliau berkata, ‘Hak Allah atas hamba-Nyua adalah : hendaklah mereka mengibadati-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Dan hak hamba atas Allah adalah : Ia tidak mengazab orang yang tidak menyekutukannya dengan suatu apapun’. Aku berkata, ‘Bolehkah aku sampaikan kabar gembira ini kepada manusia? Beliau berkata, ‘Jangan kabarkan kepada mereka agar mereka tidak bersandar”. (dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim)

Penjelasan :

Tauhiidullah atau memurnikan segala bentuk peribadatan; perkataan maupun perbuatan yang zhohir ataupun batin hanya untuk Allah Ta’ala semata tidak diragukan lagi adalah adab yang paling agung kepada Allah Ta’ala. Ia adalah buah dari keimanan kepada Allah, ma’rifah-Nya, serta keimanan kepada Rububiyyah, Asma dan Sifat-Nya. Karena Dia-lah yang Maha memiliki, yang mengatur alam semesta ini. Dialah yang mencipta dan memberi rizki, tidak ada tandingan atau sekutu bagi-Nya dalam semua itu. Oleh karena itu kita diciptakan adalah untuk mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.

Apapun bentuk ibadah, sekecil apapun ia tidak boleh diniatkan, ditujukan, dilakukan untuk selain Allah Ta’ala. Kepada siapapun, baik itu malaikat, nabi, wali, batu, pohon, bintang, atau lain-lainya. Barangsiapa yang melakukannya sungguh dia tidak beradab kepada Allah Ta’ala, karena kesyirikan yang dilakukannya telah melanggar hak Allah dan merupakan perbuatan dosa yang paling besar dan keji.

Manfaat dan faedah adab ini :

1. Mengikhlaskan ibadah untuk Allah Ta’ala, sedikit atau banyak, besar atau kecil ibadahnya. Sehingga bagi seorang hamba yang ikhlas, yang dilihatnya dihadapannya hanyalah Allah Ta’ala. Hatinya, bahkan seluruh jiwa dan raganya tertuju kepada Allah dalam setiap ibadahnya.

Artinya, “Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (Az-Zumar : 11).

2. Jauh dari riya’ dalam perkataan dan perbuatan. Barangsiapa yang ikhlas dalam setiap perkataan dan perbuatannya, niscaya ia akan jauh dari riya’. Karena riya’ adalah syirik yang merupakan perusak adab yang agung ini, yaitu tauhid.

3. Memberantas segala bentuk kesyirikan. Hal itu, karena seorang mukmin yang memahami hakekat tauhid ini serta menjunjung tingginya, mengemban tugas dan kewajiban untuk memberantas kesyirikan dan khurofat dengan segenap kemampuannya. agar semua manusia menerapkan adab yang agung ini kepada Allah Ta’ala, sehingga kalimatut tauhid benar-benar mengakar di jiwa setiap manusia dan tidak yang diibadati dengan hak melainkan Allah semata.[1]

Abuz Zubair Hawaary

[1] Mawsu’ah Al Adab Al Islamiyah (1/19-21).

happy wheels